Tren membuka suatu usaha atau bisnis saat ini menjadi prospek yang cukup menjanjikan dengan mengikuti obyek kebutuhan yang diperlukan banyak orang. Mulai usaha berbasis online, handmade, franchise dan lain sebagainya yang ditekuni segala status tidak terkecuali di kalangan remaja. Terlebih ketika adanya pandemi covid-19 yang hingga saat ini masih membatasi segala ruang gerak kehidupan masyarakat, di mana memaksa kita semua untuk beraktifitas melalui daring. Adanya faktor pandemi ini lah tidak memungkiri banyak elemen masyarakat beralih bisnisnya melalui online, tidak terkecuali di kalangan mahasiswa.
Bisnis mahasiswa jaman sekarang jauh lebih dimudahkan dengan adanya peningkatan konsumsi masyarakat melalui online. Kondisi tersebut dimanfaatkan betul oleh mahasiswa yang masih aktif berkuliah untuk mencari cuan. Selain mudah dilakukan, bisnis online juga lebih efisien bagi mahasiswa yang sibuk dengan aktifitas perkuliahan.
Adalah Erina Hastiri Restu Alfiyanto, mahasiswa semester II S1 Bisnis Digital Universitas Ngudi Waluyo ini menjalani bisnis sampingan semenjak kelas 1 SMK. Berbagai macam produk yang ia jual melalui online, mulai dari fashion/pakaian hingga makanan kekinian, seperti lokumades, capcin, croflle, kripik cemilan, dan lainnya. Untuk fashion ia menjadi reseller dari sebuah toko pakaian, sementara untuk makanan ia lebih memilih untuk memproduksinya sendiri. Adapun jenis makanannya juga sesuai dengan apa yang saat ini viral dan booming. Sistem PO (Pre-Order) untuk bisnis makanannya dilakukannya agar tidak terlalu merugi dan diantar atau COD (Cash On Delivery) setiap hari Minggu. Hal tersebut juga beralasan agar tidak mengganggu waktu kuliahnya. “Saya kan ikut kelas regular, dimana kuliahnya dari Senin sampai Jumat, makanya kalau mau antar pesenan ya saya lakukan hari Minggu, biar nggak ganggu kuliah saya”, kata Erina.
Banyak mahasiswa yang masih gengsi dan malu untuk berbisnis sampingan. Terlebih jaman sekarang, tingkat value remaja selalu meningkat dibandingkan remaja kelahiran tahun 1990-an. Namun, Erina menolak keras gengsi dan malu itu. “Saya sudah berbisnis ini dari jaman sekolah dulu, alhamdulilah bertahan dan berkembang sampai sekarang. Kalau yang bilang malu dan gengsi, mereka belum tahu aja pendapatannya bisnis ini berapa, kalau sudah tahu saya jamin pasti tergiur”, ungkapnya.
Dari bisnis yang sudah dijalani Erina tersebut, ia mampu membantu meringankan beban orang tua dari segi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, berkat bisnis ini juga lah ia mampu membayar biaya kuliahnya sendiri. Meskipun ia sudah mampu mendapatkan uang sendiri, namun ia merasa pendidikan harus tetap ditempuh untuk dijadikan modal meraih masa depannya. Melalui perkuliahan juga ia bisa mendapatkan banyak teman dan memperluas pergaulan serta pengetahuannya di bidang bisnis, terutama bisnis digital.