Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 2 tahun ini belum juga berujung. Malah banyak sekali muncul berbagai macam variannya. Meskipun pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memutus rantai penyebaran virus ini, mulai dari social distancing, PSBB, PPKM, protokol kesehatan hingga pemberian vaksinasi sebanyak 3 dosis. Namun belum juga berdampak signifikan terhadap penyebaran virus Covid-19 tersebut.
Masyarakat nampak mulai terbiasa dan mampu beradaptasi dengan virus ini. Meskipun sangat berbahaya, namun mau tidak mau roda perekonomian harus selalu berputar. Masyarakat terpaksa harus tetap beraktifitas seperti biasanya agar seluruh sektor kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi seperti ini juga menyulitkan pemerintah untuk bertindak tegas, karena jika dilakukan lockdown baik lokal maupun nasional, maka akan terjadi inflasi besar-besaran. Untuk itulah, saat ini masyarakat diperbolehkan beraktifitas dengan tetap menjaga kesehatan dan mematuhi peraturan di tempat umum.
Dampak adanya pandemi Covid-19 ini juga berimbas pada sektor pendidikan, dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi. "Mahasiswa angkatan covid" menjadi istilah tren tersendiri di kalangan masyarakat. Mereka adalah golongan mahasiswa baru yang mulai kuliah saat pandemi ini mulai berlangsung. Semenjak covid-19 merebak, tentunya seluruh sektor diwajibkan beraktifitas melalui daring/online, tidak terkecuali seluruh kampus di Indonesia menyelenggarakan perkuliahan juga melalui daring.
Pembelajaran daring ini diyakini masyarakat kurang efektif jika dilakukan dalam jangka panjang. Hal tersebut ditakutkan para orang tua akan membentuk mental mahasiswa yang kurang aktif dan cenderung  bermalas-malasan.
Tidak berlaku untuk Luklu'ul Khumaeroh, atau biasa disapa Lulu, mahasiswi S1 Bisnis Digital angkatan 2021 Universitas Ngudi Waluyo Ungaran. Meskipun dirinya baru masuk perkuliahan semester I pada tahun ajaran 2021/2022 tepatnya masih berlangsung pandemi Covid-19, namun ia mengaku bukanlah bagian dari mahasiswa yang malas-malasan itu.
"Saya walaupun jadi mahasiswa angkatan covid, tapi bukan berarti saya ikut malas-malasan. Terbukti saya jualan skin care, terus sekarang ini juga lagi persiapan mau jualan kripik emping, dan disisi lain saya aktif di organisasi kampus, kayak HIMA dan UKM", tambah Lulu.
Ia ingin menepis stigma masyarakat yang selalu memandang sebelah mata terhadap mahasiswa yang kuliahnya lewat daring. Ia juga mengatakan "meskipun daring, harus tetep produktif. Justru karena saat ini lagi dikasih kemudahan itulah, saya harus bisa memanfaatkan waktu luang buat aktifitas lainnya".
Ia menekuni bisnis reseller skin care sudah sejak bersekolah dulu. Hingga saat ini, uang yang sudah terkumpul disiapkan untuk membuka usaha barunya dengan nama brand sendiri, yaitu kripik emping. Semangatnya untuk tetap produktif baik di lingkungan kampus, maupun di kehidupannya sehari-hari patut untuk dicontoh oleh mahasiswa lainnya, terlebih bagi kalian yang hanya fokus di perkuliahan saja, agar lebih aktif lagi dalam berorganisasi. Toh, belajar itu bisa dari siapapun dan darimanapun, tidak hanya melalui dosen dan perkuliahannya saja.
Semoga kisah Lulu ini dapat memicu motivasi mahasiswa-mahasiswa lainnya. Salam kenal dariku, Lulu.